Dalam psikologi dan pendidikan, pembelajaran secara umum didefinisikan sebagai suatu proses yang menyatukan
kognitif, emosional, dan lingkungan pengaruh dan pengalaman untuk memperoleh,
meningkatkan, atau membuat perubahan’s pengetahuan satu, keterampilan, nilai,
dan pandangan dunia (Illeris, 2000; Ormorod, 1995).
Belajar
sebagai suatu proses berfokus pada apa yang terjadi ketika belajar berlangsung.
Penjelasan tentang apa yang terjadi merupakan teori-teori belajar. Teori-teori belajar adalah upaya untuk menggambarkan bagaimana orang dan hewan belajar,
sehingga membantu kita memahami proses kompleks inheren pembelajaran. (Wikipedia)
Macam-macam Teori Belajar
Ada tiga kategori utama atau kerangka filosofis mengenai teori-teori belajar, yaitu: teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitivisme, dan teori belajar konstruktivisme.
Teori belajar behaviorisme hanya berfokus pada aspek objektif diamati pembelajaran. Teori kognitif melihat melampaui perilaku untuk menjelaskan pembelajaran berbasis otak. Dan pandangan konstruktivisme belajar sebagai sebuah proses di mana pelajar aktif membangun atau membangun ide-ide baru atau konsep.
1. Teori belajar Behaviorisme
Ada tiga kategori utama atau kerangka filosofis mengenai teori-teori belajar, yaitu: teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitivisme, dan teori belajar konstruktivisme.
Teori belajar behaviorisme hanya berfokus pada aspek objektif diamati pembelajaran. Teori kognitif melihat melampaui perilaku untuk menjelaskan pembelajaran berbasis otak. Dan pandangan konstruktivisme belajar sebagai sebuah proses di mana pelajar aktif membangun atau membangun ide-ide baru atau konsep.
1. Teori belajar Behaviorisme
Teori behavioristik adalah sebuah teori yang
dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil
dari pengalaman. Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi
belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik
pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran
ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.
Teori behavioristik dengan model hubungan
stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif.
Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau
pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan
penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
2. Teori Belajar kognitivisme
2. Teori Belajar kognitivisme
Teori belajar
kognitif mulai berkembang pada abad terakhir sebagai protes terhadap
teori perilaku yang yang telah berkembang sebelumnya. Model kognitif ini
memiliki perspektif bahwa para peserta didik memproses infromasi dan pelajaran
melalui upayanya mengorganisir, menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan
antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada. Model ini
menekankan pada bagaimana informasi diproses.
Peneliti yang mengembangkan teori
kognitif ini adalah Ausubel, Bruner, dan Gagne. Dari ketiga
peneliti ini, masing-masing memiliki penekanan yang berbeda. Ausubel menekankan
pada apsek pengelolaan (organizer) yang memiliki pengaruh utama terhadap
belajar.Bruner bekerja pada pengelompokkan atau penyediaan bentuk konsep
sebagai suatu jawaban atas bagaimana peserta didik memperoleh informasi dari
lingkungan.
3. Teori Belajar Konstruktivisme
3. Teori Belajar Konstruktivisme
Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks
filsafat pendidikan dapat diartikan Konstruktivisme adalah suatu upaya
membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern.
Konstruktivisme merupakan landasan berfikir
(filosofi) pembelajaran
konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit,
yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak
sekonyong-konyong.
Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta,
konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus
mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
Dengan teori konstruktivisme siswa
dapat berfikir untuk menyelesaikan masalah, mencari idea dan membuat
keputusan. Siswa akan lebih paham karena mereka terlibat langsung dalam
mebina pengetahuan baru, mereka akan lebih pahamdan mampu mengapliklasikannya
dalam semua situasi. Selian itu siswa terlibat secara langsung dengan aktif,
mereka akan ingat lebih lama semua konsep.
Teori-teori tersebut dapat dianalogikan seperti berikut :
1.Behaviorisme.
Orang tua kita selalu menyuruh agar kita selalu memotong kuku saat kuku kita sudah panjang. Kita tidak tahu alasan kenapa kita hrs memotong kuku. Kita melakukan hal tersebut karena orang tua selalu memberi contoh, karena itu kita jg memotong kuku kita. Hal tersebut jg sudah menjadi kebiasaan.
2.Kognitif.
Awalnya kita hanya memotong kuku karena kebiasaan. Kemudian kita belajar mengetahui alasannya secara ilmiah. Kita tahu kalau kuku yang panjang bisa menyebabkan kuman dan bakteri menempel yang pada akhirnya bisa menimbulkan penyakit. Sejak itu kita memotong kuku bukan karena kebiasaan, tapi karena kita sudah tahu bahwa itu baik demi kesehatan dan kebersihan diri.
3.Konstruktivisme.
Kita tahu bahwa ada alasan kesehatan dibalik menggunting kuku. kemudian, karena kita merasa menggunting kuku dengan gunting itu merepotkan, kita mencoba membuat alat baru untuk menggunting kuku kita. Kita mencoba mencari alat yang bisa menghemat waktu kita menggunting kuku.
NB : Mohon dikoreksi dan tulis dikomentar terima kasih
Teori-teori tersebut dapat dianalogikan seperti berikut :
1.Behaviorisme.
Orang tua kita selalu menyuruh agar kita selalu memotong kuku saat kuku kita sudah panjang. Kita tidak tahu alasan kenapa kita hrs memotong kuku. Kita melakukan hal tersebut karena orang tua selalu memberi contoh, karena itu kita jg memotong kuku kita. Hal tersebut jg sudah menjadi kebiasaan.
2.Kognitif.
Awalnya kita hanya memotong kuku karena kebiasaan. Kemudian kita belajar mengetahui alasannya secara ilmiah. Kita tahu kalau kuku yang panjang bisa menyebabkan kuman dan bakteri menempel yang pada akhirnya bisa menimbulkan penyakit. Sejak itu kita memotong kuku bukan karena kebiasaan, tapi karena kita sudah tahu bahwa itu baik demi kesehatan dan kebersihan diri.
3.Konstruktivisme.
Kita tahu bahwa ada alasan kesehatan dibalik menggunting kuku. kemudian, karena kita merasa menggunting kuku dengan gunting itu merepotkan, kita mencoba membuat alat baru untuk menggunting kuku kita. Kita mencoba mencari alat yang bisa menghemat waktu kita menggunting kuku.
NB : Mohon dikoreksi dan tulis dikomentar terima kasih
No comments:
Post a Comment
Silahkan isi komentar, dan isikan alamat blog anda