Pendekatan
pembelajaran terpadu mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sering disebut
dengan pendekatan interdisipliner. Model pembelajaran terpadu pada hakikatnya
merupakan suatu model pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik secara
individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta
prinsip-prinsip secara holistik dan autentik (Depdikbud, 1996:3).Salah satu
diantaranya adalah
memadukan Kompetensi Dasar.Melalui pembelajaran terpadu
peserta didik dapat memperoleh pengalaman langsung, sehingga dapat menambah
kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan memproduksi kesan-kesan tentang hal-hal
yang dipelajarinya.Dengan demikian, peserta didik terlatih untuk dapat
menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari.
Makna
terpadu dalam pembelajaran IPA adalah adanya keterkaitan antara berbagai aspek
dan materi yang tertuang dalam Kompetensi Dasar IPA sehingga melahirkan sat
atau beberapa tema pembelajaran. Pembelajaran terpadu juga dapat dikatakan
pembelajaran yang memadukan materi beberapa mata pelajaran atau kajian ilmu
dalam satu tema. Keterpaduan dalam pembelajaran IPA dimaksudkan agar
pembelajaran IPA lebih bermakna, efektif, dan efisien.
Pada
pendekatan pembelajaran terpadu mata pelajaran IPA, perangkat pembelajaran
disusun dari berbagai cabang ilmu dalam rumpun ilmu sosial. Pengembangan
pembelajaran terpadu dapat mengambil suatu topik dari suatu cabang ilmu
tertentu, kemudian dilengkapi, dibahas, diperluas, dan diperdalam dengan
cabang-cabang ilmu yang lain. Tema dapat dikembangkan dari isu, peristiwa, dan
permasalahan yang berkembang, contohnya banjir, pemukiman kumuh, potensi
pariwisata, IPTEK, mobilitas sosial, modernisasi yang dibahas dari berbagai
disiplin ilmu-ilmu sosial.
Pembelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Sekolah Menengah Pertama ( SMP) pada kurikulum
tahun 2013 terdapat beberapa perubahan diantara adalah konsep pembelajarannya
dikembangkan sebagai mata pelajaran integrative science atau “IPATerpadu”
bukan sebagai pendidikan disiplin ilmu. Konsep keterpaduan ini ditunjukkan
dalam Kompetensi Inti ( KI) dan Kompetensi Dasar ( KD) pembelajaran IPA yakni
di dalam satu KD sudah memadukan konsep-konsep IPA dari bidang ilmu biologi,
fisika, dan ilmu pengetahuan bumi dan antariksa (IPBA).
Pembelajaran
IPA berorientasi pada kemampuan aplikatif, pengembangan kemampuan berpikir,
kemampuan belajar, rasa ingin tahu, dan pengembangan sikap peduli dan
bertanggung jawab terhadap lingkungan sosial dan alam. IPA juga ditujukan untuk
pengenalan lingkungan biologi dan alam sekitarnya, serta pengenalan berbagai
keunggulan wilayah Nusantara.
Melalui
pembelajaran IPA terpadu, peserta didik dapat memperoleh pengalaman langsung,
sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan menerapkan
konsep yang telah dipelajarinya. Dengan demikian, peserta didik terlatih untuk
dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari secara menyeluruh
(holistik), bermakna, autentik dan aktif.
Cara
pengemasan pengalaman belajar yang dirancang guru sangat berpengaruh terhadap
kebermaknaan pengalaman bagi para peserta didik. Pengalaman belajar yang lebih
menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual akan menjadikan proses belajar lebih
efektif. Kaitan konseptual yang dipelajari dengan sisi bidang kajian Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) yang relevan akan membentuk skema kognitif, sehingga
anak memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Perolehan keutuhan belajar
IPA, serta kebulatan pandangan tentang kehidupan, dunia nyata dan fenomena alam
hanya dapat direfleksikan melalui pembelajaran terpadu.
Pada
Kurikulum 2013, KD mata pelajaran IPA sudah memadukan konsep dari aspek fisika,
biologi kimia dan IPBA, tetapi tidak semua aspek dipadukan karena pada suatu
topik IPA tidak semua aspek dapat dipadukan. Terdapat beberapa model yang
potensial untuk diterapkan dalam pembelajaran IPA terpadu, diantaranya connected,
webbed, shared, dan integrated. Empat model tersebut
dipilih karena konsep-konsep dalam KD IPA memiliki karakteristik yang berbeda-beda,
sehingga memerlukan model yang sesuai agar memberikan hasil keterpaduan yang
optimal.
Bagaimana
cara menentukan model keterpaduan untuk penyajian suatu topic IPA?
Ada
sejumlah konsep yang saling bertautan dalam suatu KD. Agar pembelajarannya
menghasilkan kompetensi yang utuh, maka konsep-konsep tersebut harus
dipertautkan (connected) dalam pembelajarannya. Pada model connected ini
konsep pokok menjadi materi pembelajaran inti, sedangkan contoh atau terapan
konsep yang dikaitkan berfungsi untuk memperkaya.
Ada KD
yang mengandung konsep saling berkaitan tetapi tidak beririsan. Untuk
menghasilkan kompetensi yang utuh, konsep-konsep harus dikaitkan dengan suatu
tema tertentu hingga menyerupai jaring laba-laba. Model semacam ini disebut webbed.
Karena selalu memerlukan tema pengait, maka model webbed lazim disebut
model tematik.
Ada
sejumlah KD yang mengandung konsep saling beririsan/tumpang tindih, sehingga
bila dibelajarkan secara terpisah-pisah menjadi tidak efisien. Konsep-konsep
semacam ini memerlukan pembelajaran model integrated atau shared.
Pada model integrated, materi pembelajaran dikemas dari konsep-konsep
dalam KD yang sepenuhnya beririsan; sedangkan pada model shared,
konsep-konsep dalam KD yang dibelajarkan tidak sepenuhnya beririsan, tetapi
dimulai dari bagian yang beririsan.
Empat
model keterpaduan di atas dipilih karena konsep-konsep dalam KD IPA memiliki
karakteristik yang berbeda-beda, sehingga memerlukan model yang sesuai agar
memberikan hasil yang optimal.
No comments:
Post a Comment
Silahkan isi komentar, dan isikan alamat blog anda